Minggu, 05 Juni 2011

Kecewa Akan Persahabatanku

Ketika semua telah berjalan, tak kusangka seperti ini adanya. Sekitar diriku mulai berubah, tidak seperti apa yang pernah kualami bersama mereka. Kehidupanku dengan mereka sudah berbeda jauh. Kesibukan masing-masing telah melupakan, siapa diri mereka. Mungkin hanya aku yang merasa tertingal oleh mereka. Apa yang kulakukan, serasa tidak sejalan dengan apa yang mereka pikirkan.
Kecurigaan akan diri ini, membuktikan apa yang kupikirkan saat ini. Seorang teman yang sudah lama kukenal pun mencurigai aku. Tidak kusangka akan seperti ini. Aku telah berusaha pada kawanku untuk percaya terhadap apa yang mereka lakukan. Tetapi, ternyata inilah balasan dari mereka. Dengan seenaknya mengecap seseorang menjadi kotor, padahal mereka sudah tidak mengenal aku.
Segala apa yang kulakukan terlihat salah didepan mereka. Perasaan tercurigai melanda dalam hati ini. Penuh tanda tanya tentang pikiran mereka. Tapi, menurutku itu semua salah. Apa yang mereka pikirkan langsung dikeluarkan begitu saja, tanpa dipikir terlebih dahulu. Ucapan yang menyakitkan hati sangat mengiris arti dari persahabatan yang kujalani. Apakah mereka tahu yang sebenarnya? Kurasa tidak.
Kesibukan mereka membuat mereka jauh dari lingkaran persahabatan yang selama ini kucoba untuk terus kusatukan. Sebuah arti persahabatan, kekeluargaan, kawan, teman, terlihat hancur saat mereka mulai tidak percaya akan orang yang pernah mereka sebut sebagai teman atau kawan.
Keegoisan akan diri mereka sendiri membuat seakan-akan mereka semua benar. Tidak mempedulikan apa yang telah terjadi dengan kawan mereka. Bahkan ego mereka ingin mengatur akan jalan yang kupilih.
Mereka sudah tidak mengenal aku. Aku juga sudah tidak mengenal mereka. Mereka lupa akan diri mereka, yaitu siapa diriku dulu. Perubahan selalu terjadi, dan itu akan dirasakan oleh orang lain, bukan dirasakan oleh diri sendiri. Karena itu, kita yang harus ingat siapakah diri kita.
Aku adalah Aku, Bukan Kamu, atau Siapapun. Inilah Aku.
Kalimat itu selalu kuucapkan. Itulah yang membuat aku tidak lupa akan siapa diriku. Aku kurang mengerti akan diriku, karena aku masih mencari jati diriku. Aku bukan manusia yang ingin takabur akan kebaikan. Aku juga bukan manusia yang sempurna. Aku bukanlah patokan.
Tidak ada yang mengerti akan jalan pikiranku, apa yang sebenarnya kuinginkan. Mereka salah jika mereka menganggap apa yang kulakukan salah. Apa yang bias membuktikan kebenaran yang mereka katakan. Bukankah itu semua hanya pikiran mereka saja, tanpa ada bukti pastinya. Jika seperti ini, apakah patut aku percaya pada mereka? Mungkin hanya kata “kecewa” yang bisa aku utarakan.
Seorang sahabat yang kumengerti, yaitu seseorang yang mau memberi semangat terhadap temannya tentang apa yang dilakukan. Memberi saran, serta menanyakan akan kebenaran dari isu yang terdengar terhadap temannya. Bukan menyalahkan langsung tanpa ia menanyakan terlebih dahulu.
Lebih baik bicara langsung, daripada bicara dibelakang
Itu yang saat ini kupikirkan. Mengapa mereka tidak bicara langsung ke aku? Malah mereka langsung menyalahkan aku. Mungkin aku sudah tahu jawaban mereka. Sibuk, tidak ada waktu, jauh, bahkan mungkin mereka lupa akan aku. Sudahlah, saat ini aku benar-benar merasa kecewa. Mereka sudah tidak mengerti akan temannya sendiri, sibuk dengan urusan masing-masing, penuh dengan alasan yang kurang masuk diakal.
Aku sangat menghargai arti dari persahabatan
Itu kurasa benar. Aku bukan ingin sombong akan hal ini. Sesuatu yang selalu kujaga. Kenapa aku bias berkata seperti itu. Mungkin kalian pernah merasakan tidak mempunyai teman, teman yang kalian kenal hanya sebuah pertemanan boneka saja. Bahkan kalian merasa sangat jauh tertinggal oleh mereka. Hal ini mungkin sangat tidak masuk akal, akan tetapi aku pernah merasakan hal itu. Saat-saat aku merasa tidak ada yang mempedulikan aku.
Aku sendirian
Itulah yang kurasakan. Kesepian tidak memiliki orang lain yang bisa membutuhkan aku. Bertahun-tahun aku merasa hanya keluargaku yang kukenal. Akan tetapi aku juga kurang mengenal keluargaku. Pada akhirnya aku menemukan seseorang yang menanggapi ketika aku bicara. Ia mau mendengarkan aku, baik keluh kesahku, maupun cerita-ceritaku. Ia bernama P.A(ga sebut nama weeeekkkk... :p). Seorang wanita yang membuat aku jatuh hati. Mungkin lain kali aku akan bercerita tentang ia.
Kesepianku mulai hilang, dan aku juga mulai menemukan sahabat-sahabatku. Kami satu keluarga. Akan tetapi saat ini, kurasa itu semua telah sirna. Aku tak bias percaya lagi terhadap mereka. Mereka telah menunjukkan, itu sebenarnya arti kekecewaan.
Aku kecewa terhadap mereka
Tapi aku bersyukur
Telah mengenal mereka
Telah memiliki mereka
Telah bersama mereka
Walau pun itu semua kurasa tidak pernah kurasakan lagi saat ini. Aku hanya berharap, masa-masa bersama mereka akan kembali lagi. Sehingga aku tidak lupa akan arti dari persahabatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar